Sponsors

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 31 Oktober 2011



Yaa Rabb ... 

Kutitipkan do'a disudut nama agungMu
Kutitipkan secercah harap di belantara semestaMu

Yaa Rabb ...

Betapa sakit
Tapi tetap harus ku jalankan
Betapa berat
Tapi tetap harus ku tanggung

KeridhoanMu adalalah tujuanku
HaribaanMu adalah penentramku

Rabb .....

Selamatkan hamba atas lisan ini
Lisan yang jarang hamba mampu menjaganya
Lisan yang terlalu sering menyakiti hamba-hambaMU yg lain
Lisan yang selalu keluar dari qoidah yg telah digariskan dlm penggunaannya

Rabb....

Ketika hamba menjumpaiMU dihari esok kelak
Semoga lisan ini sudah mampu terlebih dahulu berbuat baik
Memohon ampun dan taubatMU
Meminta maaf dan memaafkan kepada sesama hambamu
Memberi hak hamba-hambamu yang terdzalimi

Rabb......
Ampuni hamba yang tak pandai bersyukur ini

Senin, 24 Oktober 2011

Bintang yang kau tunjuk akhirnya meredup
Terkulai dalam peluk kepedihan
Terhenyak dari dunia harapan
Terhempas dari dekapan keindahan



Minggu, 23 Oktober 2011

Peurihna ati lantaran tunggara moal beunang diubaran ku sausum tatanen

Najan simpeu hate; peurih ati; hirup kudu tetep dilakonan

Milik moal pahiri-hiri; bagja moal paala-ala

Hirup urang mawa diri urang; mawa milik urang

Tong sieun ku hirup; tapi hirup kudu sieun ku urang

Tong lewang ku  hirup; tapi kudu lewang ku hirup saeunggeus kahirupan


tataran sunda
bumi parahyangan, 24 oktober 2011

Sabtu, 22 Oktober 2011

biruQ

Biru adalah damai dan indah. Tapi biru juga adalah semu. Hadirmu nyalakan api hidupku; hingarkan ruang sepiku. Damai dan indah. Tapi dirimu tetap biru, karena kita tak pernah ada didunia nyata. Kita tetap didunia biru yang tersembunyi dari hingarnya kenyataan.

Kita adalah sempurna didunia kita. Kita adalah nyata didunia kita. Dunia yang telah membawa kita pada kesakitan yang luar biasa; pada keindahan yang tiada tara. Kenestapaan yang dibangunnya adalah kerikil kerikil kecil dari ketidakmengertian kita atas arti.

LelakiQ.....

Dirimu adalah sempurna bagiku, bahkan terlalu sempurna untukQ. Menghitamlah jika dirimu ingin ada; atau membiaslah menjadi putih lalu terbang kelangit membaur bersama awan, dan turun kebumi berupa air yang menyejukan dan menenangkan. Biar aku merasai sejuknya terpaanmu.

kamarQ
late at night, 21 oktober 2011
 

Jumat, 21 Oktober 2011

belum ada judul

Cerita cinta anak adam tidak pernah ada habisnya. Selalu seru untuk dibicarakan, selalu ramai untuk dibahas. Cinta memang mengandung magnet yang sangat dasyat. Anak manusia mampu melakukan segala hal untuknya. Mampu melampaui batas kemampuannya. Tak ada rintangan yang berarti ketika cinta sudah melanda. Tak ada halangan yang tidak dapat diruntuhkan ketika hadirnya mampu sesakkan dada.

Tetapi jika cinta ditinggalkan sang pemiliknya; dunia seakan runtuh; karangpun rapuh; bintang-bintang menjauh. Tak ada lagi tawa dan canda ceria; tak ada lagi suka dan duka bersama; nestapa, hampa, ragu, bingung. Rasa yg tak pernah bersemayam sebelumnya.

...................







dalam kesendirianQ, 22 oktober2011

Mario Teguh

Untukmu, jiwa baik yang merindukan belahan jiwa yang akan melengkapi keindahan hidupmu, sini …dekatkanlah hatimu dengan hatiku, yang akan mengamini permintaan tulusmu kepada Tuhan …

Bisikkanlah ... 

Tuhanku Yang Maha Penyayang,

Lihatlah wajahku yang berpendar dengan kerinduan bagi jiwa baik yang akan kucintai dan yang mencintaiku dengan jujur dan setia. 

Mudah-mudahan Engkau merasa kasihan melihatku berjalan di lorong-lorong sepi impian dan kerinduan hatiku, bergandengan tangan dengan diriku sendiri. 

Janganlah Kau biarkan aku lama sendiri, menseri-serikan wajah dalam harapan cinta, dan menceriakan senyum dan tawaku yang berpura-pura telah ditemukan oleh dia yang juga merindukan cintaku. 

Tuhan,  apakah tangisku ini indah bagi-Mu? 

Jika Engkau memang lebih menyukai kedekatan dan kemanjaanku karena kepiluan dari kesendirian ini, maka aku akan belajar ikhlas menangis sepanjang hidupku. Dan semoga, Engkau mencukupkan air mataku dan menguatkan serat-serat dinding dadaku.

Tapi Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Lembut,

Aku yakin sekali bahwa Engkau tak akan sampai hati membiarkan jiwa kecil yang selalu berusaha patuh kepada-Mu ini, lama bersedih menantikan belahan jiwa yang sesungguhnya telah Kau siapkan bagi pemuliaan hidupku.

Engkau Yang Maha Cinta,

Aku mencintai-Mu, dan bernafas dalam keyakinan bahwa Engkau sangat mencintaiku, maka … 

Pelan-pelan dan dengan rambatan yang pasti, mulai besok pagi, damaikanlah hatiku, gerakkanlah tangan, kaki, dan tubuhku dalam ketukan nada tarian lembut yang menandakan bahwa jiwaku dalam perjalanan untuk Kau temukan dengan dia yang telah lama kudengar suara anggunnya dalam mimpi-mimpiku.

Engkau Yang Maha Lembut,

Satukanlah aku dengan belahan jiwaku, dalam pernikahan yang damai, yang mesra dan setia, yang saling memuliakan, yang Kau anugrahi dengan keturunan yang berpekerti luhur, dan yang Kau kayakan dengan kesehatan, nama baik, dan kesejahteraan. 

Aamiin

bandung, 21 oktober 2011

Senin, 17 Oktober 2011

sepiQ

Ku sandarkan sepi pada malam 
Ditemani purnama yang lelah dengan resahku
Termanjakan bintang yang hingar dengan galauku

Hampa setia menghampiri

Dimanakah kamu....
Yang aku tunggu dari lalu lalu
Yang aku damba dari kemarin

Aku patri dalam bathinku
Aku rajut dalam sukmaku
Aku simpan dalam kalbuku 

Ku tunggu kamu diperbatasan malam

bandungQ, 17 oktober 2011

Minggu, 16 Oktober 2011

catatanku yg tertunda...

Setahun sudah pelangi menemani hari hariku
Setahun sudah matahari menyinari aku dengan kehangatan
Warnaku tak lagi satu; tapi berupa, beragam dan itu indah

Walau didalamnya ada luka, perih, pahit
Tapi itu adalah sebuah perjalanan

Perjalanan panjang atas sebuah rasa
Rasa kita....

bandungQ dalam dekapan hujan

catatanku.....

Perahuku meliuk arungi waktu; alunan gemerecik damai tersirat di setiap gelombang kehadiranmu...

Selama ini engkau menemani hari hariku; dalam gelap malam juga cerahnya pagi; maka jika kau menemukanku tak sesuai mimpimu selama ini; .... percayalah sesungguhnya aku sedang belajar merajut mimpi itu; maka temani aku dalam ketaatan padaNya; selalu bersama tak jemu berdoa padaNya...

Bolehkah aku tetap menyandarkan hati padamu? 
Disaat kau terasa makin asing bagiku
Disaat kau terasa berbeda
Kau yang aku kenal sekarang bukanlah kau yang dulu; penuh cinta, makna dan kasih...
Kau adalah seorang asing dalam hidupku saat ini....
Aku merinduimu.....

Salah satu kekuatan dalam memaafkan adalah kekuatan cinta; karena didalamnya ada keikhlasan dan ketulusan....

Cintaku memang tidak sempurna karena aku memang tidak sempurna .. kaulah yang menyempurnakannya...

Ku pinjam tatap lembut matamu tuk menyirnakan rindu yang mendera...


bandungQ, 16 oktober 2011

Kamis, 08 September 2011

Kuring Jeung Simpé



Ku  : Aulia

            Amparan langit diawuran ku béntang baranang nu ting kariceup, teuing ngiceupan saha. Bulan hurung ngempur. Mabra cahyana, teuing nyaangan saha. Hiliwirna angin peuting nyecep, tiis mipir kulit. Simpé sésélékét kana jero haté. Geus euweuh sora nu kaluar tina biwir kuring. Ukur sora jarum jam nu mapaés ketug jajantung. Tik-tek, tik-tek, dug dug dug…..
Dada asa diheumpikan ku gunung batu, hésé rék engapan. Siki panon asa narolol. Babatok kawas rék peupeus, asa ditojosan ku rébuan jarum. Awak ruy rey, kawas nu geus lila singsireumeun.Ti mimiti daun ceuli, ramo-ramo leungeun nepi ka dampal suku baraal. Teu kaop katoél saeutik, linu.
Suku diséréd ka kamar mandi, gep nyekelan heula kana biwir bak. Geus bisa nangtung rada ajeg buru-buru wudu. Tuluy nyarandékeun awak kana témbok, saeutik-saeutik ngised ka kamar. Nyokot sajadah jeung mukena nu nambru dina risbang urut solat Isa, teu lila husyu tahajud. Rada rerep singsireumeunna leungeun téh saenggeus buku-bukuna dipaké wirid mah. Mukena jeung sajadah ditilepan. Sok ditunda di lomari.
Gék diuk nyanghareupan méja tulis, ragamang leungeun kana pulpén. Gutrut nulis dina diary. 
Salasa, 00 : 42 WIB
“Hhhhhhhhhh………..” 
            “Huwaaahhhhhh……..” diary nguliat, “Jam sabaraha ieu? teu nyaho waktu ah, ngahudangkeun lain wayah !” pokna bari ngageubig-geubigkeun awakna nu cikénéh ditulisan ku kuring.
            “Tuda keueung………” témbal kuring
            “Matak naon sing tibra kainyah, tuh kawas nu séjén ngagalebra diaping ku indung peuting”  diary gugurutu.
Kuring ngeluk tungkul, “Kahayang mah kitu, kawas batur”
            “Naha maké teu bisa? Pang babarina atuh pagawéan saré mah !”
Kuring ngaheruk, diary angger neuteup leleb.
Di luar jandéla, peuting poék mongkléng, peuting nu simpé, peuting nu kuring.
***

            Beres tahajud, kuniang hudang, mukena jeung sajadah ditunda deui di tempatna. Jarigjeug, jarigjeug muru meja tulis. Golosor metot bangku, gebru meubeutkeun awak kana bangku. Ragamang leungeun kana diary, muka lambaranna cara sasari.
Rebo, 01 : 13 WIB
“Nyaliksik angin janari dikeukeupan simpé….”
            “Hmmm…” panon diary mélétét, hésé rék beunta.
Laju kuring ngagutrut deui.
            “Néang panyumputan linduk, ukur bisa parkir na haté sabab sukma kakurung waruga nu teu walakaya, hhhhhhh…….” reg eureun nulis.
Diary masih kénéh pura-pura teu maliré.
Kuring nyarandé kana korsi. Sirah masih kénéh nyanyautan.
Teuing peuting nu ka sabaraha kudu ngarandapan deui kasakit kawas kieu téh. Unggal hudang saré nyanyautan dina sirah. Nyeri, lieur, jangar. Akh, sagala rupa pagalo matak teu puguh rarasakeunana. Disarékeun asa muter, awak asa kakalayangan, asa dipuihkeun tarik kawas naék Roller Coaster dina kecepatan maksimum.  Ditangtungkeun teu kuat, disarandékeun sing jarenud. Adug lajer sorangan aya kana dua jam na.
            “Aaaaaaarrrrggggh !!!”
Diary ngoréjat.
            “His, tengah peuting jojorowokan !” pokna bari ngucek-ngucek panonna nu cepel kénéh.
            “Atuda nyeri…..”
            “Kunaon atuh?”
Kuring cumalimba.
“Numutkeun hasil CTScan, aya getih nguwung dina selaput otak kenca nu ngalantarankeun tiap aya kontraksi kana otak bakal nimbulkeun réaksi nu ampir teu katahan nyerina. Sirah kawas rék peupeus, saawak-awak nyanyautan”
 “Emh, Gusti !” Diary katangen ngarénjag, “Ubaran atuh !”
“Lain teu diubaran. Tatamba mah tatamba, tapi numutkeun dr. ahli saraf. Kudu operasi, éta gé teu bisa nangtukeun 100% cageur. Perbandinganna 60% - 40%, Operasi hasil kalayan salamet atawa cacad saumur hirup. Stroke. Naudzubillah !”
“Euweuh cara séjén?”
“Mun teu daék operasi cenah bisa dileukeunan ku cara laser”
“Sok atuh !”
“Emh, ngababarikeun ngomong téh”
“Na kumaha kitu?”
“Teu cukup sakali. Genep bulan sakali keur periode awal, satuluyna ningali heula perkembangan. Lain teu hayang deuih, keueung ku efek sampingna, cenah matak murudul kana buuk jeung peot kana kulit. Can beaya nu kudu disiapkeun unggal genep bulan sakali. Jeung lah, geus horéam kudu bulak-balik ka Rumah Sakitna”
Diary ukur ngabetem.
***

            Peuting angger ngabelegbeg hideung, poék peteng. Peuting angger simpé. Peuting angger teu daék mépéndé waruga nu geus lila hayang reureuh. Keueung sésélékét kana jero haté.
Lalaunan muka jandéla kamar, angina nu nyecep tiis langsung neumbrag kana beungeut. Gék hareupeun méja tulis nyanghareupan diary.
Kemis, 01 : 15 WIB   
“Haturnuhun Gusti, katampi pisan kanyaah Anjeun”            
            “Salah atuh !” gantawang téh diary nyarékan.
Bakat ku reuwas, pulpén macleng ka kolong méja tulis. Ragamang dicokot, laju ngagutrut deui,
            “Naha maké salah, naon kasalahan kuring?”
            “Matak naon protés atuh. Ongkohna dibéré panyakit tapi kalah nganuhunkeun, sok araranéh !”
Kuring imut kagugu
            “Naha maké nyengir? Yeuh, urang mah saukur darma wawayangan hirup di dunya aya nu ngatur”
            “Heu euh ngarti” kuring unggeuk.
            “Matak naon protés kanu ngatur téh tah, embung dibéré kasakit kawas kitu kituh!” Ceuk Diary, “Da moal héséeun pikeun Anjeunna mah. Sok penta, hayang cageur kituh !”
            Kuring unggeuk. Ngamparkeun sajadah, seja sumerah kanu kagungan nyawa. Sedengken peuting angger hideung ngabelegbeg, angger simpé, angger teu bisa mépéndé waruga nu geus lila hayang nyamuni ngareureuhkeun kacapé.
***

Jumaah, 01 ; 10 WIB
            “Hhhhhhh……”
            “Etah geura kalah nyaring? Karék sajam peureumna gé !” Diary nguniang hudang basa awakna ditulisan ku kuring.
            “Babatok asa rék peupeus. Awak ruy rey sing jarenud. Lah, matak horéam saré téh kieu. Nikmatna mah sakeudeung, nyerina wé yeuh, Hhhhhh…..”
            “Karaos deui?”
Kuring cumalimba, “Rasasaan mah iklas, tapi kunaon kieu waé. Teu meunang kitu kuring saré tibra?” kuring dumareuda..
            “Atuda dipikiran waé, saméméh saré kapaur geus miheulaan. Janglarkeun wéh”
            “Teu dipikiran teu sing. Kapikiran wé meureun da montél waé
            “Keun wéh, sing sabar……”
            “Nyeri……” kuring lumengis
            “His, sing sabar bageur……..”
            “Nu kumaha nu disebut sabar téh?!” teu sirikna rék bijil siki panon kuring molototan diary, “Manéh mah teu ngarasakeun tuda yeuh aing téh nyeeeeerrriiiiiii !!!”
            Diary ukur bisa ngahéphép cicing basa pulpén ngagarisan, nyorét-nyorét awakna. Salambar, dua lambar, tilu lambar…… dijojoét, dicurat-carét deui, disoekkeun, dijojoet deui, dirikes-rikes, tuluy dialungkeun ka unggal juru kamar, dipaké meupeus keuyang leungeun kuring nu keur aral.
***

            Langit lenglang taya béntang, bulan nu sasarina hurung ngempur teuing nyumput di mana. Angkeub ku pihujaneun. Awak karasa bayeungyang. Sakadang tunduh can kénéh daék nyimpang.
Saptu, 11.07 WIB      
“Aaaaarrrrrgggghhh……!!!”
            “His, ceuceuleuweungan tengah peuting !” Diary ngagorénjal hudang.
            “Geuleuh tuda, keuheul aingah !”
            “Na kunaon atuh?” diary mencrong
            “Kamari ditegor ku atasan gara-gara pagawéan teu tuntas….” Kuring ngarénghap rada jéro hayang nyeuseup kabéh hawa di jéro kamar keur ngeusian kebekna hate.
            “Terus?” Diary saregep ngadéngékeun.
            “Tadi beurang ditegor deui baé pedah kasaréan basa meeting”
Diary nyeuleukeuteuk seuri.
            “Naon siah nyeungseurikeun?” kuring mureleng.
            “Atuda enya piseurieun. Maenya batur rapat ieu ngadon saré?” pokna masih kénéh nyeuleukeuteuk.
            “Tuda teu kuat ku tunduh. Ah, gara-gara kasakit koplok tah, kacau hirup téh, unggal peuting teu bisa saré, jadwal awut-awutan, gawé teu bener, awak lungsé, Aaaaaarrrrrgggghhhh ……!!!”
Diary langsung eureun seurina, “Tuda kumaha atuh, sing sabar wé…..”
            “Kurang sabar kumaha deui atuh kuring téh?!”
            “Pariksa deui geura, ubaran, kumaha ké” Diary neuteup bangun nu karunyaeun
            “Enggeus. Malahan geus di hypnoteraphy sagala”
            “Dikumahakeun tatéh?”
            “Dihipnotis, disinah saré
            “Bisa cageur?”
            “Enya sabuat dina pangaruh hipnotis mah, ngan…..”
            “Ngan naon?” diary mencrong panasaran.     
“Piraku kudu manggil illusionis saban hayang saré?”
            “Aéh enya nya” diary kéom.
Kuring cengkat laju leumpang ka luar kamar. Balik deui ti dapur mawa kulub kentang jeung ci téh panas. Sok ditundaan di luhur meja tulis, katuhueun diary.
Kulub kentang dipesék. Am… am…. cacamuilan. Regot kana citéh panas. Diary teu lemék sakemék.
Eureuleu kuring teurab.
            “His, awéwé-awéwé teurab kawas kitu, ngéwa!” pokna ngagebés.
Kuring imut, “Tibra sugan ayeuna mah”
            “Enya atuh sing tibra. Héy, teu sieun gembrot peuting-peuting nambul kentang?” Teuteupna teu ngiceup-ngiceup pikalucueun.
Kuring ngarampaan pipi sorangan, “Jeun teuing ah, tibatan teu bisa saré. Pan ceuk dokter gé kentang, korma jeung susu téh mengandung tryptophan  nu ngadukung hormon serotonim ngarah rileks”
Regot deui kana citéh, “Tah ieu gé lain entéh biasa, téh husus nu ngandung chamomile keur nenangkeun sistem saraf”
Diary katangen unggut-unggutan.
***

            Rohangan kamar asa beuki heureut. Lalangitna asa ngahéndépan, lomari ngajegir balaga. Téhel keramik karasa tiis cabrek. Reregan bangun nu nyikikik oyag-oyagan katebak angin nu arasup tina jandéla nu ngahaja dipéléngékeun.
Peuting angger simpé, ukur sora jarum jam patembalan jeung aworna ketug jajantung. Tik-tek, tik-tek, dug, dug, dug……
Gék diuk nyanghareupan méja tulis cara sasari.
Minggu, 12 ; 05 WIB
            “4, 3, 2, 1…….” Kuring ngitung lambaran kertas diary.
            “Téréh béak” pokna
Kuring ngahuleng. Ngarérét kana almenak, sarua téréh béak. Tapi naha kasakit kuring teu béak-béak? Geus sabaraha kali ganti almenak, angger kuring kudu ngalanglang peuting, dikeukeupan simpé, disimbutan alum ngungun, motah, mudalkeun sagala rasa nu teu tilém ku belegbegna peuting.
            “Diary, kuring embung leungiteun anjeun” ceuk kuring dumareuda.
Diary ngarahuh, “Kumaha tuda, kitu kaayaannana….”
            “Ah, kuring teu wani nyanghareupan peuting sosoranganan”
            “Kudu bisa!” 
            “Teu bisa!”
            “Kudu!” Diary keukeuh
            “Aaaaarrrrrggggghhh…..!!!”
Diary tipepereket nutupan ceulina.
“Kawas gubragna ka alam dunya, sorangan. Laju lumaku diantara geret hideung jeung bodas nu kalan-kalan dipapaés ku warna katumbiri nu tingarudat”
“Nu boa moal bisa misahkeun warna-warnana !” témpas kuring
“Nya kudu panceg dina suku sorangan, néang jalan pangbalikan” diary neuteup leleb kawas nu hayang méré kakuatan pinuh keur kuring. Ngobarkeun deui sumanget hirup nu méh méhan pareum.
            “Saenyana nu dipiharep unggal peuting téh lain hurung ngempurna bulan. Nu ditunggu unggal isuk lain meletekna srangenge” aya nu ngalémbéréh na juru panon.
“Sabenerna lain jarum jam nu dipusuhan lantaran teu méré lolongkrang keur reureuh. Tapi milik diri ngendag-ngendag cimata nu teu kuateun nyamuni dina kecap sabar…” kuring rumahuh.
            “Sakapeung ayana bulan nu moncorong teu kapaliré. Teu unggal jelema bisa ngarasakeun nikmatna nyeueung bulan. Komo mun ku urang diadumaniskeun jeung ibadah unggal peuting. Hirup nu sampurna téh nu mulihna ka jati mulangna ka asal geus apal jampé paéh. Teu unggal jelema bisa ngarasakeun nikmatna ngadeukeutkeun rasa ka Pangeran dina waktu simpé, nyasaak mangsa ku cimata. Sumerah…” pokna leuleuy.
Nu ngalembéréh na juru panon ngamalir kana pipi, ting garantung na tungtung gado. Enya, anjeun nu sok satia maturan kuring. Maturan simpéna peuting, meuraykeun poékna peuting.
            “Ah, jaba awak bariru kieu ieu téh….”
Diary curinghak, “Kunaon?”
Kuring godeg, “Teuing. Baheula kungsi kieu. Ceuk dokter mah aya kerusakan jaringan pembuluh kafiler. Hhhhhh…….”
            “Pariksakeun deui atuh bisi kumaonam”  diary katangen hariwangeun.
            “Sangeuk, geus horéam bulak-balik ka rumah sakitna lah!”
            “Har, ari geus kumaha atuh?”
            “Kuma engké wé !”
Kulutrak muka jandela kamar nu tadi ukur méléngé. Angin janari langsung neumbrag beungeut. Bulan katompérnakeun. Mabra cahyana méh kalis kateureuy mangsa. Pias, kawas poé nu bakal kasorang. Akhh…..
“Tadina mah embung nelegan pél tidur, sieun ketergantungan. Tapi da kumaha deui…..”
Diary teu lemék sakemék.
Panon ngarérét kana jam wéker, geus wanci janari. Ragamang leungeun katuhu kana laci méja tulis. Sorolok, golosor laci didudut. Kusiwel ngaluarkeun jet lag tidur jeung obat anti depressant.
            “Kapaksa ayeuna mah…..”  lep obat ditelegan.
Diary ukur ngembang kadu.
Teu lila kuring merelek heuay, tuluy nambru ngaguher luhureun diary.
***

            Amparan langit diawuran ku béntang baranang nu ting kariceup. Bulan hurung ngempur, Mabra cahyana. Hiliwirna angin peuting tiis, matak nyecep kana kulit. Peuting teuing ku simpé. Ukur sora jarum jam nu meuyarkeun simpéna peuting, tik-tek, tik-tek, tik-tek…….
            Diary guling gasahan. Geus tilu peuting awakna euweuh nu muka. Kertasna euweuh nu nulisan. Geus tilu peuting teu daékeun tibra. Euweuh nu ngaganggu cara sasari, euweuh nu nyurat-nyarét kertasna cara sasari, euweuh nu ngajojoét cara sasari, diary culang-cileung sorangan.

            Geus tilu peuting kuring ngageubra di rohangan sarwa bodas, selang infuse jeung selang oksigén pasuranteng. Simpé, ukur sora alat deteksi jantung. Nit…  nit…   nit…
Sanajan waruga teu walakaya, haté angger muntang kanu Kawasa. Harepan moal sirna sangkan bisa moyan deui dina imutna panonpoé na lambaran anyar taun ieu.


(Kahatur : Diary nu satia maturan simpé)

Kiriman Cerpen temanQ
FIRDA AULIA


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More